Sunday 17 May 2015

Pinggan

Jauh hari Abé sudah berkabar via LINE® group chat untuk mengajak ke daerah tengah Bali.
Ke sebuah desa, pukul 3 pagi. Ada sesuatu yang dikejar.
Benar saja, kami akan menyambut matahari — dan mengejar kabut yang bersiap meninggalkan pagi.
Halo, Desa Pinggan.

Jadwal keberangkatan kami adalah pukul 2 pagi. Meeting point: McD Nangka.
Pukul 12 malam, diri masih terjaga. Excited? tidak, malas? setengah.
Hingga akhirnya memutuskan untuk berangkat karena grup chat yang ribut, tanpa tidur.

The Village


Tiba di McD disambut dengan Turah, dan Bendi — disambut dengan wajah heran.
Benar saja, saya muncul dengan pakaian ala piknik. Baju kemeja santai, celana pendek, dan sandal jepit.
Atas saran mereka, maka saya kembali ke rumah untuk mengganti kostum pantai tadi menjadi sesuai dress code sewajarnya. 
Pukul 2.30 pagi. Saya, Abe, Turah, Krisna, Bendi, Degus, Agnis, dan Arya sudah berkumpul.
Kami siap menuju Pinggan melalui track Kintamani yang dinginnya tidak boleh diremehkan.
Pada akhirnya? kostum kami yang tebal itu tetap saja membuat kami kedinginan.



Sunrisers

Tiba di Pinggan yang dingin dan gelap membuat kami sedikit khawatir akan tersesat — karena BBM kami yang menipis dan langkanya BBM di desa ini.
Hingga tiba di sebuah warung kami berhenti untuk bertanya spot sunrise di Pinggan.
"Sudah lewat" kata ibu penjual.
Sambil bersiap untuk sarapan — mie instant kadaluwarsa ala Pinggan, dan Abe yang minum bensin, kami siap menyambut pemandangan yang tidak kami temukan di Denpasar.

Friends


Sort escape yang menyenangkan.
Terima kasih teman-teman, terima kasih Pinggan!

Sampai ketemu lagi!

No comments:

Post a Comment