Sunday 19 June 2016

Popo

Rasanya baru beberapa hari yang lalu dia masih kuat mengejar saya untuk bermain matador favoritnya sejak kecil. 
Berakhir dengan memeluknya, arti kemenangan Popo yang berhasil mengigit saya sambil berucap "Jangan mati ya, Opo".
Iya, waktu berlalu begitu cepat.

Popogenic
Masih ingat waktu itu baru pulang dari mengabdi, dikagetan oleh kejutan di rumah: ada satu anjing lagi yang kini menemani Ongé yang lama ditinggal Jojo dan Epol.
Namanya Popo, anak anjing peliharaan di kampung.
Popo yang baru dihajar orang rumah karena habis mengigit sepatu, lari ke pura sampai akhirnya dimasukkan ke dalam mobil oleh bapak.
Welcome to the family, Popo!

Popo menjadi pengekor dari Ongé dan menemani hari tua Ongé sebelum si gendut itu meninggalkan kami.
Popo hanya ramah dengan orang rumah karena perihal trauma pasca operasi oleh dokter.
Sejauh ini sudah banyak ular, kucing, tikus, dan ayam sudah tewas di tangan anjing ini.
Oh iya, dan 3 manusia sukses dikirim ke ICU oleh teman saya ini.

Hal yang selalu kami ingat adalah: Popo yang suka ngambek.
2014, Wirya rescued 2 bayi anjing yang dibuang dalam kardus, namanya Thør dan Lóki.
Di sini, sisi drama Popo terlihat. Tapi tidak lama mereka kini jadi sahabat, kecuali dengan Lóki.
dan 3 anjing ini menjadi sahabat setia kami dalam suka dan duka.
Seperti belakangan ini.

Hingga pasca perkelahian Popo dengan Lóki membuatnya berubah.
Tidak mau makan beberapa hari. Kata dokter iya terserang distemper.
Saya dan Ade berusaha mengobatinya. Sudah trauma ditinggal teman-teman baik kami.
3 hari belakangan menjadi berat, mengingat keluarga kami sedang tak berdaya.

Malam itu mama baru pulang dari kantor.
Popo terdiam lemas di kamar saya, ekornya melambai melihat mama.
Kami beri air gula supaya Popo lebih bertenaga. Sudah malam, kami tidur dulu.
Berharap kesehatan Popo mulai membaik.

Dini hari saya terbangun, kaget menemukan Lóki tidur di samping saya.
Tanpa kacamata saya melihat sekeliling, ada Thør juga. Ada Popo juga. Ada yang aneh.
Setelah menggunakan kacamata dan mengamati sekeliling, saya membangunkan adik.
"Popo mati, Gek" ujar saya.

Aneh, kali ini tidak ada rasa sedih mendalam ketika kami dihadapi dengan perpisahan.
Ade sudah menangis duluan…
Pukul 4 pagi, kami mulai menggali kuburan untuk Popo.
Dalam keadaan setengah sadar, saya terus menggali tanpa rasa lelah.
Akhirnya, tanah sudah tergali. Rumah terakhir Popo sudah siap.
Masih dengan rasa tenang dan legowo ditinggal sahabat.

Sampai akhirnya waktu tiba untuk berpisah dengan Popo dengan menutup kuburnya.
Air mata tidak bisa dibendung lagi.

Kami pun masuk ke dalam rumah, disambut Lóki dan Thør yang murung…


Popo


Sudah 3 hari diri ini menenangkan diri. 
Terima kasih sudah menemani perjalanan kami sejauh ini, Po.
Akan kami rindukan sosok yang selalu membangunkan saya di pagi hari dengan cara menggosokkan badannya di kasur.
Akan saya rindukan teman yang bisa saya ajak bermain matador, dan kemudian dipeluk.
Akan saya rindukan sosok anjing manja, nakal, galak, dan bandel dalam waktu yang bersamaan.

Rest in peace, Popo.

best regards,
Ésha Satrya

No comments:

Post a Comment